Friday, September 20, 2013

CERITA JADUL (JAMAN DULUUU)

nah nah nah teman, kalian masih pada ingat gak sama sinema laga yang judulnya TUTUR TINULAR ?????
itulohhhhhhhh sinema yang kalau gak salah tayangnya malam mulai jam 7'n, nama-nama tokohnya semampu yang saya ingat yaaa ada Arya kamandanu, Arya dwipangga, Sakawuni, Nari ratih, Mei shin, Panji, Ayu wandira dan ada kakek yang dipanggil sapi ompong, itu aja sihhh yang saya ingat, bapak-bapak, ibu-ibu dulunya suka banget nangkringin sinema ini sampai selesai, saya juga sihhh suka ceritanya walaupun waktu itu saya gak ngerti-ngerti amat, tapi mendingan cerita yang dulu dehhh dari pada ceritanya yang sekarang di tampilin lagi di TV rada-rada lebay gitu, jaman dulu aku nonton kalau gak salah saya baru sekolah kelas 3 atau kelas 4 SD. Setahu saya dulunya sinema ini adalah cerita yg di publish di radio, mungkin karena ceritanya bagus jadi diangkat dehhh ceritanya di layar TV. Disini saya bukannya mau bahas tentang cerita TUTUT TINULAR nya, melainkan saya mau posting syair yang sering dibawain sama Arya dwipangga salah satu tokoh Antagonis di sinema ini, berikut syair-syairnya.



SYAIR DUKA PANGERAN KEGELAPAN / ARYA DWIPANGGA

Oh betara...
Sdh sulit ku bedakan hidup dan siksa....
Setiap nafas dan langkah ku raja derita......

Oh betara....
Buka matamu dan saksikan derita ku....
Telah kau kalahkan aku dengan tangan perkasamu....
Oh betara....
Kini mimpi-mimpiku pun hitam gelap...........
Segelap bola mata ku............

Letih sudah kaki menyelusuri lembah.......
Tapi.......
Perjalanan tidak kunjung usai.......
Tidak terperih luka.......
Carut marut oleh onak duri
Oh........
Perih luka ternyata jauh lebih perih jiwa.......


Gemulung halimun menutup jalan semua jalan........
Tapi aku tetap ingin pulang..........
Dewa..............
Kembalikan masa bocahku kedalam jiwa............
Jangan peluk akhir perjalananku........
Aku masih punyak rindu...........
Yang belum pupus............
Jemariku belum lagi menyentuh bayang-bayang mimpi ku


Jagat dewa batara.........
Sejuta kutuk pasu ku tadah dengan dada terbuka........
Tapi belum juga kau satukan aku dengan anak-anakku..........
Oh...............
Hanya rindu yang meratapi dosa-dosa........
Busuk.............


Satu-satu ...........
Orok dosaku mengering sudah............
Satu-satu ...........
Bayangan masa datang terasa benderang........




SYAIR CINTA ARYA DWIPANGGA

Pelangi muncul diatas kurawan
Warnanya indah bukan buatan
Seorang gadis ternganga keheranan
Rambutnya tergerai jatuh ke pangkuan

Sekuntum cempaka sedang mekar ditaman sari desa Manguntur
Kelopaknya indah tersenyum segar
Kan kupetik cempaka itu untuk kubawa tidur malam nanti

Ku buka daun jendela dan terbayang malam yang indah di hiasi chandra kartika
Di bulan Waisya ini
Sepuluh kali aku melewati pintu rumahmu yang masih rapat terkancing dari dalam
Kapn kubuka
Wahai sang dewi puspa

Pelangi itu muncul lagi
Membuat garis melengkung ke langit tinggi
Daun ilalang diterpa angin gemerisik membangunkan tidurku dari dari mimpi buruk
Di batas tugu yang indah ini ku pahat dengan bermandikan keringat kasih
Kalau kau tatap mega yang berbunga-bunga
Disanalah aku duduk menunggu pintu maafmu terbuka

Pelangi senja mengantarkan burung-burung pulang ke sarangnya
Domba-domba pulang ke kandangnya
Tapi aku hendak kemana
Apa yang kulakukan menjadi tak berharga selama senyummu masih kau sembunyikan di balik keangkuhan hatimu

Nari Ratih.......................!
Kau adalah sebongkah batu karang
Tapi aku adalah angin yang sabar setia
Sampai langit di atas terbelah dua
Aku akan membelai namamu bagaikan bunga

Jika hari telah tidur dipangkuan malam
Kukirim bisikan hatiku ini bersama angin
Biarpun malam pucat kedinginan
Biarpun bintang merintih di langit yang jauh
Aku akan tidur dengan tenang
Sambil memluk senyummu dalam kehangatan mimpiku

Aku berkelana mencari cinta ke desa-desa yang jauh
Akhirnya di candi walandit kupuaskan dahagaku





SYAIR PENGIRING KETIKA ARYA DWI PANGGA BELAJAR AJIAN KIDUNG PAMUNGKAS

Ketika kata-kata……………
Sudah tidak bisa menjawab tanya……………
Maka bahasa pedanglah yang bicara………………
Bahasa para ksatria……………
Bahwa bumi mununtut sesaji darah manusia……………
Pedang……………
Taring betarakala sedang di amuk murka……………
Amarahnya menelan rembulan jadi gerhana……………
Bumi……………
Gelap pekat menangis air mata merah……………
Gemerlap kilat pedang menusuk dunia……………
Darah mengalir dari ujung pedang kekuasaan……………
Tergelar dari ujung pedang……………
Sebagaimana derita juga tergelar dari ujung yang sama……………

No comments:

Post a Comment